Review For Oversase Training Hari Keempat

Review For Oversase Training Hari Keempat

Sesi dimulai jam 10.30 s/d 12.00

Oversase Training hari ke-4 dilaksanakan di ITEC. Kesan pertama begitu menggoda, bagaimana di ITEC setiap orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing bukan sibuk berbicara dengan teman sekantor. Mungkin ini salah satu budaya Jepang yang patut kita tiru.

Pertama kita disuruh membuka http://www.kyoto-be.ne.jp/hasimoto-es/cms/ untuk melihat website Hasimoto Elementary school yang kami kunjungi pada hari selasa kemarin. Ternyata foto kegiatan kami selama sudah tampil di website tersebut.

Selanjutnya kami disuruh membuka http://www.kyoto-be.ne.jp/mirainet/cms/ di website ini ada cara penggunaan CMS dalam internet explorer. Kami diajari cara membuat halaman/homepage. Pertama diklik refres dulu sehingga muncul Menu Yogyakarta di sisi kiri. Setelah di refres lagi muncul tulisan PemandanganPelatihan. Refres lagi foto kami sudah muncul di halaman utama. Inilah salah satu cara pembuatan homepage dengan CMS. Jika homepage ini dibuat dan diupdate setiap hari maka seluruh orang di dunia akan mampu melihat perkembangan.

Kemudian jika kita tidak ingi seluruh orang melihat homepage ini, maka ada caranya. Tadi saat kita refresh lagi, gambar tersebut hilang.

Pendidikan Informasi (Johoka) maksudnya menyelenggarakan pendidikan informasi di masyarakat. Di dalam pendidikan informasi adalah
1. Bagaimana penggunaan informasi bagi anak-anak.
2. Penggunaan ICT di ruang kelas bagi guru-guru
3. Informasi Sekolah bagi guru-guru.
Panduan Standar isi pendidikan informasi di Jepang 236 halaman. Panduan tersebut dibuat berdasarkan pemikiran masyarakat. Dengan menggukan teknologi information diharapkan dapat diimplementasikan di masyarakat yaiu :

1. Penggunaan TI bagi anak-anak
2. TI untuk guru-guru dalam penyampaian materi pembelajaran
3. Penggunaan TI buntuk urusan-urusan sekolah
Buku panduan tersebut dibuat berdasarkan panduan dan strategi pembelajaran di Jepang. Kementrian pendidikan membuat cecklis penggunaan TI setiap tahunnya untuk mengevaluasi penggunaan TI oleh masyarakat di Jepang. Dengan Checlist tersebut dapat diketahui sejauhmana penggunaan ICT bagi guru-guru. Setiap tahunnya dilakukan survey untuk mengetahui kebutuhan sekolah untuk pendidikan.

Penggunaan ICT di sekolah

Pada grafik terlihat bahwa 13 tahun yang lalu 1 komputer digunakan untuk 13 orang kemudian tahun berikutnya jumlah komputer diperbanyak 2 kali lipatnya. Sedangkan untuk penggunaan komputer bagi guru 3 tahun yang lalu masih 33,4 persen dan tahun ini sudah dapat disediakan 1 komputer 1 guru (100%). Tetapi koneksi internet kecepatannya di Perfecture Kyoto paling cepat di Jepang dan setiap sekolah sudah mempunyai koneksi internet.

B belum ada kemampuan penggunaan ICT di ruang kelas dan C belum ada pembimbingan penggunaan ICT bagi siswa-siswa. Bagaimana penggunaan ICT di Yogyakarta ? Biasanya guru-guru tua agak sulit untuk menggunakan ICT dalam pendidikan.

Grafik berikutnya adalah bagaimana penggunaan ICT oleh guru pada tahun 2009 di Kyoto.
Di perefectur Kyoto ada kursus penggunaan ICT termasuk pembuatan Homepage, tetapi sedikit sekali sehingga peserta pelatihan juga sedikit sekali. Terutama guru-guru Lansia biasanya tidak mau ikut kursus tersebut. Kemampuan mereka banyak dibantu oleh guru-guru muda. Tetapi meskipun demikian Perfectur Kyoto tetap berkomitmen untuk memajukan penggunaan ICT.

Kursus yang dilaksanakan di ITEC adalah 1 guru 1 sekolah sehingga guru tersebut dapat menyebarkan pada guru-guru yang lain. Permasalahan ini sama dengan pemerintah di Yogyakarta. Tidak termasuk guru-guru swasta (artinya hanya guru yang mengajar di sekolah pemerintah yang ditunjuk untuk mengikuti pelatihan tersebut. Sedangkan sekolah swasta yang ingin mengikuti pelatihan di ITEC sebetulnya gratis sedangkan biaya transportasi harus ditanggung sendiri. Semua biaya pelatihan gratis sedangkan transportasi dibiayai oleh Perfekture Kyoto. Termasuk pelatihan guru selama 1 tahun di ITEC juga dibiayai oleh pemerintah Jepang.

Jumlah seluruh sekolah dasar swasta di Jepang hanya 200 dari 22.000 jumlah sekolah dasar di Jepang. Sedangkan sekolah swasta SMP ada 700 dari ada 10.700 jumlah SMP di Jepang. Sekolah swasta ada tunjangan dari pemerintah Jepang sedangkan biaya untuk yang ditanggung orang tua ditanggung sendiri. Tidak ada sponsor, hanya subsidi dari pemerintah Jepang. Biaya pendidikan di sekolah swasta rata-rata di Jepang adalah 1 juta yen pertahun atau setara dengan 100 juta rupiah pertahun.

Cara meredam pelajar di Jepang dari situs porno, nanti akan dijelaskan. Prestasi sekolah di Kyoto cukup rendah, karena yang terbaik ada di Perfekture Nagano. Meskipun demikian di Kyoto 1 guru disediakan 1 komputer.

Contoh penggunaan ICT dalam pembelajaran di sekolah : adalah penggunaan kamera kecil dalam, sambil membaca cerita guru dapat menunjukkan gambarnya di layar. Penggunaan kamera oleh murid berpasangan untuk membaca buku dan saling memberikan tanggapan. Di Kyoto setidak-tidaknya ada 1 papan tulis elektronik dalam satu sekolah, meskipun ada yang punya lebih.

Moral education melalui information yang harus diperhatikan harus menghindari :

1. chain email/surat berantai, tidak baik, karena kadang terdapat fitnah, sehingga anak yang tadinya baik bisa berubah menjadi tidak baik/merugikan orang lain.
2. Bermain game, tetapi anak-anak harus membuat profil. Ada juga orang dewasa yang berpura-pura menjadi anak-anak dalam game tersebut.
3. Pembajakan hak paten
4. Bohong/Fraud
5. Informasi yang tidak benar
6. Pembohongan information profil
7. virus komputer
8. Kerusakan fisik dan kesehatan psikologi
Jam 12.00 istirahat selama 1 jam untuk makan siang. Dengan porsi yang lebih dari cukup sehingga kenyang. Makan minum diruang sebelah sehingga memang tidak diperbolehkan makan minum di ruang komputer. Selanjutnya sholat untuk peserta yang muslim, meskipun kendalanya tidak tersedia fasilitas / tempat sholat maupun tempat wudlu di ITEC dan mungkin hampir semua di Kyoto. Sholat dengan memanfaatkan tempat seadanya dan wudlu di toiled orang cacat, karena toilet biasa tak ada kran air, dan hanya memakai tissu untuk membersihkan. Selesai sholat dilanjutkan pelatihan tepat pukul 13.00

Sesi 2
13.00
Memperkenalkan kontent yang ada di homepage. Pertama-tama kita membuka internet explorer, dan membuka http://www.kyoto-be.ne.jp/ed-center/ disana diperkenalkan homepage untuk pembelajaran bahasa jepang dengan video. Kemudian ada materi yang dipelajari di ITEC, database pembelajaran serta perkembangannya. Dalam homepage ini juga banyak sekali terdapat video suasana pembelajaran di kelas dengan berbagai percobaan. Kontent dibuat oleh guru dan dimasukkan/diupload oleh admin ITEC dengan berdasarkan buku pelajaran yang dipakai. Yang dimuat di dalam homepage ada dibuku pelajaran.

Di Jepang guru banyak yang muda, sehingga dalam membuat bahan pembelajaran lebih mudah. Di dalam DVD ada 75 usulan pembelajaran. DVD ini sudah dikirim 24 dan 29 SMP untuk dibagikan. Setiap sekolah bisa mengajar berdasarkan paket bimbingan tersebut. CD untuk referensi guru bukan untuk siswa.

Sampai sekarang untuk menetapkan prestasi cukup bagus buat murid-murid sehingga murid-murid disuruh latihan praktis, seperti perhitungan saja (drill soal). Isi latihan semuanya dimasukkan dalam DVD.

Jika pembelajaran yang disampaikan misalnya kelas 4 tapi tapi ga paham-paham maka level kelasnya diturunkan. Tapi video pembelajaran ini 1 guru 1 siswa. Sehingga semua siswa diharapkan dapat mempelajari semua tahap/level dalam pembelajaran tersebut. Untuk latihan siswa soal diprint dulu dan dibagikan ke siswa. Sedangkan hasil siswa mengerjakan. Soal sudah ada kuncinya sehingga siswa dapat menilai sendiri hasil pekerjaannya.

Sesi terakhir disampaikan oleh guru bahasa inggris di Elementary school yang cantik, yang menyampaikan bagaimana aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di elementary scholl di Jepang. Tujuan pertama melihat pembelajaran anak-anak di Jepang, lebih cepat untuk diajar bahasa Inggris karena lebih mudah beradaptasi dengan kebudayaan berbeda. Yang kedua dengan adanya perkembangan globallisasi maka perlu perkembangan sehingga mereka dapat menerima apa saja perkembangan yang terjadi di luar negeri. Tujuan yang ketiga adalah peningkatan kemampuan pendidikan/prestasi bahasa Inggris.

Yang kedua ada memotivasi dan memberikan tantangan agar menyenangkan anak-anak. Yang ketiga adalah pentingnya bahasa terutama adalah bahasa ibu. Yang keeempat adalah memperdalam bahasa Jepang, sehingga kalau murid-murid mengerti bahasa asing murid-murid mengetahui betapa pentingnya bahasa ibu (jepang). Tahun ini baru diajarkan di kelas 5 dan 6 selama 35 jam pertahun per kelas. Tahapnya SD, sentuhan serta kemampuan komunikasi, sedangkan SMP adalah kemampuan berkomunikasi dengan 4 jam perminggu sedangkan SMA juga pengembangan kemampuan berkomunikasi dengan latihan praktis. Siswa-siswa SMA disuruh menyampaikan opini dengan teman bicara. Siswa juga diberikan ekspresi dasar bahasa asing.

Yang dilakukan oleh Dinas Bahasa Asing :
1. Melakukan pelatihan bahasa asing kepada guru-guru
2. Membuat DVD pembelajaran guru-guru bahasa Inggris di elementary school

Sesi terakhir sebelum acara penutupan oversase training di ITEC dilakukan teleconverence dengan Fasilitas ITEC bagian utara yang berjarak 75 km.. Teleconverence berlangsung kurang lebih 15 menit dengan pemaparan program dari fasilitas ITEC bagian utara.

Selanjutnya disampaikan pemaparan program Video pembelajaran yang disediakan oleh ICT-EQEP Kominfo, tampak di dalamnya ada 75 macam kontent yang terdiri dari Matematika dan IPA, sehingga guru tinggal memakainya saja. Sedangkan untuk pelajaran lain diharapkan untuk membuat sendiri kontent pembelajaran dengan software autoringtools. Ditampilkan pula kontent yang dibuat oleh guru sendiri.

Upacara penutupan dilakukan jam 16.6'
Dilakukan sambutan dari Wakil Ketua Fasilitas ITEC dan Kepala Dikpora DIY, dan dilakukan penyerahan cindera mata dari Kominfo, Dikpora, Guru Peserta Oversase Training. Sedangkan Pihak ITEC juga memberikan kenang-kenangan berupa buku teks untuk SD dan kapur tulis bebas debu.



Review untuk ITEC

Satu lagi sesuatu yang cukup berkesan di ITEC adalah kedisiplinan sangat diperhatikan, terutama waktu. Pelajaran tepat dimulai sesuai jadwal dan berhenti sesuai jadwal. Bahkan untuk ke toiled pun hanya diperbolehkan saat istirahat saja atau sebelum pelajaran dimulai sehingga peserta harus menjaga kondisi sendiri. Pintu ruang akan dikunci sehingga peserta tidak dapat keluar masuk ruangan seenaknya, harus sesuai jadwal.

Di ITEC semua staf baik-baik dan ramah, cuma mereka tidak banyak bicara, semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing bukan dengan obrolan yang tidak jelas. Maka kami di sini akan terasa aneh jika ngobrol dan tertawa keras-keras karena akan mengganggu lingkungan sekitar. Di ITEC juga tidak diperkenankan mengambil foto, video atau berkeliaran kemana-mana. Kecuali kalau ada izin khusus.

Jangan kaget kalau di Kyoto gempa akan dirasakan setiap saat. Tapi kadang tidak begitu terasa, tapi terlihat sering kaca jendela bergetar setiap saat. Dan tak ada satupun yang berlari karena mungkin mereka sudah sedemikian akrab dengan yang namanya gempa.

Review For Oversase Training Hari Ketiga



ITEC (Information Technology Education Centre)
ITEC adalah suatu tempat yang digunakan sebagai pusat pelatihan guru di Kyoto, fasilitas gedung ini sangat lengkap, terutama peralatan elektroniknya. Mendengarkan penjelasan tentang program kerja ITEC dan fasilitas yang ada di ITEC. Terdapat suatu ruang untuk menyimpan materi/ bahan ajar pembelajaran baik elektronik maupun buku. ITEC juga menyediakan layanan konsultasi bagi guru yang mempunyai permasalahan selama proses pembelajaran, dengan konsultannya adalah pensiunan kepala sekolah.
Diskusi bersama guru bahasa Inggris SMU yang baru mengikuti pelatihan di ITEC juga, anak-anak Jepang kemampuan conversationnya sangat kurang karena mereka terkendala oleh sifat malu, mereka tidak akan mengucapkan kata dalam bahasa Inggris jika mereka belum bisa mengucapkan dengan benar. Tetapi kemampuan tata bahasanya sangat bagus. Grammernya sudah tingkat tinggi.
MIRAE NET (Jaringan Masa Depan)
Jaringan yang menghubungkan semua komputer di perfecture Kyoto. MIRAE NET memfasilitasi sekolah-sekolah di perfecture Kyoto untuk mengembangkan jaringan web masing-masing sekolah.
Kesan : teknologi di Kyoto memang digunakan dengan baik oleh orang yang tepat dan memiliki keahlian di bidangnya, sehingga bisa maksimal.
Salut akan kerendahan hati dan kesopanan serta attitude penduduk Kyoto, ketertiban dan kedisiplinannya patut ditiru.

Review For Oversase Training Hari Kedua



Hari kedua kami berada di Kyoto jadwalnya adalah kunjungan di Kantor Pemerintah Perfecture Tokyo.
Di Kantor gubernur diterima oleh ketua divisi hubungan luar negeri dan kepala divisi pendidikan sekolah. Kesan pertama yang kami rasakan saat memasuki kantor gubernur Kyoto adalah bahwa di sini nampak sekali kedisiplinan dan kesederhanaan. Datang dan pergi harus tepat waktu, datang lebih awal tidak baik terlambat apalagi. Pokoknya sesuai aturan dan jadwal yang ada.

Kesan kedua, bahwa ditempat parkiran ini bukan mobil yang bertuumpuk-tumpuk, tetapi justeru sepeda yang nampak berjajar-jajar di parkiran. Hanya ada beberapa mobil dan beberapa motor saja. Nampak sekali kekontrasan saat kita berada di tanah air sangat sulit menemukan sepeda di parkiran kantor gubernur. Yang ada hanyalah motor tamu dan mobil pemilik kantor. Di Jepang tampaknya masyarakatnya termasuk pejabat lebih suka menggunakan sepeda saat pergi ke kantor. Sehingga polusi udara benar-benar gak terasa saat kami berjalan di Kyoto.

Bangunan yang indah tapi nampak megah, sudah berusia lebih dari 350 tahun tersebut masih nampak kokoh, dan belum terlihat pemugaran di sana-sini. Dengan Beberapa pohon Sakura yang menjulang di halaman depan dan kantor nampaknya membuat kantor gubernur ini nampak lebih rindang. Lebih-lebih bunga nampak menghiasi sepanjang halaman kantor ini, menambah semerbak mewangi dan sedap dalam pandangan mata.

Kami diterima dalam upacara seremonial di lantai 3 gedung gubernur Kyoto. Setelah menapaki tangga satu persatu akhirnya kami sampai di ruang pertemuan. Meski sedikit capek karena tidak nampak lift, tapi malah sehat berkeringat. O iya, kalau kita tinjau dari sisi teknologi, hampir semua pintu di kantor ini sudah menggunakan sensor sehingga kita tak perlu repot-repot membuka dan menutup pintu. Satu terobosan yang luar biasa, karena di Yogyakarta tempat kami tinggal belum begitu banyak kantor-kantor yang menggunakan pintu otomatis. Setahuku baru BCA yang menggunakan pintu otomatis, yang lain belum aku lihat.

Setelah ramah tamah dan saling memperkenalkan diri, Pemerintah Kyoto menguraikan program pendidikan yang ada di Kyoto, bahwa sekolah di Kyoto wajibnya 9 tahun, yaitu 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di SMP. Dan semua biaya penyelenggaraan pendidikan di sekolah negeri tidak dipungut biaya alias gratis. Namun di swasta nampaknya cukup mahal kalau kita lihat karena biaya pendidikan pertahun sekitar 1000.000 Yen atau setara 100 juta rupiah. Untuk sekolah negeri yang menyelenggarakan makan siang setiap hari, biaya dibebankan kepada wali murid tetap biaya memasaknya oleh sekolah tidak menarik biaya apapun.



Miyako Ecology Centre



Museum ekologi yang didirikan pada tahun 199 concern terhadap masalah lingkungan hidup. Pemerintah daerah mewajibkan sekolah agar murid-muridnya mengunjungi museum setahun sekali. Program museum ini adalah menanamkan dan menumbuhkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan hidup. Cara yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran secara realistik, sehingga anak-anak dapat berpikir dengan cara mereka,sehingga timbul kesadaran dari dalam diri akan pentingnya memelihara lingkungan hidup. Pengelola museum juga membuat buku-buku yang berhubungan dengan lingkungan hidup untuk dikonsumsi anak-anak sekolah. Dan juga menciptakan alat-alat yang menggunakansumber energy dari lingkungan sekitar, contohnya tenaga surya.
Mengunjungi planetarium, untuk melihat dasar penentuan rasi bintang dan ilmu astronomi yang ditemukan ahli astronomi.
Kesan : salut akan teknik mengajarkan kesadaran lingkungan pada anak tanpa berusaha menggurui, sehingga kesadaran tertanam dengan benar. Banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa di dapat, ide-ide untuk memanfaatkan alam sebagai sumber energi perlu ditiru.

Review For Oversase Training Hari Pertama

Review For Oversase Training Hari Pertama
Pertama kali Kunjungan yang kami lakukan adalah ke ‘Hashimoto Elementary Scholl” di Yawata City, Kyoto. Kesan pertama begitu menggoda, Kami turun dari mobil sudah disambut hangat oleh pihak sekolah. Semangat mereka memang luar biasa, kelihatan dari gaya bicara dan cara berjalan yang cepat. 

Suasana sekolah yang demikian bersih dan rapi memberikan kesan tersendiri. Pada saat kami masuk kami harus melepas sepatu kami dan mengganti dengan selop punya sekolah. Hal ini mungkin dilakukan untuk menjaga ruang kelas tetap bersih, karena selop hanya digunakan di dalam ruang saja.

Acara pertama yang harus diikuti adalah acara seremonial pembukaan bersama kepala sekolah Hashimoto Elementary Scholl dan Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga DIY beserta tim leader dari Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. Seremonial diisi sambutan, perkenalan oleh masing-masing peserta serta guru-guru di Hashimoto Elementary Scholl serta tanya jawab seputar pendidikan di Hashimoto Elementary Scholl.
Sesuatu hal yang sangat menarik ternyata di Hashimoto Elementary Scholl dan mungkin sekolah lain di Jepang adalah bahwa tidak ada siswa yang tidak naik kelas, semuanya naik kelas. Jika siswa nilainya tidak mencapai standar maka guru harus membimbing siswa tersebut sampai siswa tersebut dapat mencapai nilai yang distandarkan sekolah.
Hebatnya lagi sekolah di Kyoto terutama SD penerimaan siswa baru tidak didasarkan atas prestasi/nilai tapi berdasarkan kewilayahan. Siswa yang diterima diutamakan yang dekat dengan sekolah atau berada diwilayah sekolah tersebut. Hal ini tidak akan menimbulkan persaingan yang ketat dalam penerimaan siswa baru.
Satu hal lagi yang menarik kalau kita perhatikan dari sisi teknologi, ternyata kebanyakaan sekolah di Jepang menggunakan kran otomatis sehingga tidak terjadi pemborosan air. Bahkan air kranpun dari sisi kesehatan steril sehingga siap untuk diminum kapan saja.

Di Hashimoto Elementary Scholl siswa tidak khawatir kelaparan meskipun pulang sekolah jam 16.00 karena tepat jam 12.00 siang ada makan siang bersama. Makan siang ini biayanya ditanggung wali murid. Sedangkan biaya pendidikan keseluruhan ditanggung negara tetapi hanya untuk sekolah negeri. Sekolah swasta rata-rata pertahun membayar sekitar 1.000.000 yen atau setara dengan 100.000.000 rupiah. Lumayan besar untuk masyarakat Indonesia. 

Ada hal lagi yang menarik dari sisi kesehatan dan kehidupan sosial di Hashimoto Elementary Scholl, dimana siswa pulang pergi ke sekolah dengan jalan kaki, meskipun jarak rumah mereka sekitar 1-2 km. Mereka harus pulang berkelompok dan bersama-sama sehingga tinjauan dari sisi kehidupan sosial sangat banyak. Tak ada satupun siswa yang menggunakan sepeda apalagi antar jemput dengan mobil. Jika ternyata sampai rumah orang tua mereka belum sampai rumah mereka dapat mengunjungi Kid Garden (tempat makan dan bermain anak).

Pembelajaran yang ada dikelas terlihat sangat interaktif meskipun diajar oleh guru kelas. Penggunaan TIK dapat dilihat pada saat kami mengunjungi pembelajaran yang dilakukan di laboratorium komputer. Mereka menggunakan LAN untuk interaksi antar siswa dan guru. Ini bagi anak merupakan hal yang sangat menarik karena mereka dapat membangun opini masing-masing. Dan di sini nampak sekali disiplin diterapkan. Bahkan dalam pengerjaan tugas, guru memasang timer sehingga waktu benar-benar tepat.

Satu lagi hampir kelupaan, Ternyata pembiasaan yang dilakukan di Hashimoto Elementary Scholl sangat bagus. Disamping anak-anak pulang pergi jalan kaki, makan siang setiap hari, mereka juga dibiasakan selalu sikat gigi setelah makan siang. Selalu berdoa sebelum makan meskipun sekedar mengucapkan Mass (Thanks Food), ucapan terima kasih pada makanan. Selesai makan tempat makan harus dikembalikan secara terpisah. Untuk siswa Hashimoto Elementary Scholl terlihat mereka tidak menggunakan seragam sekolah seperti kebanyakan sekolah di SMP dan SMA di Jepang

Pelajaran yang dapat diambil untuk Yogyakarta adalah :
1. Hargailah waktu, mulai dan berakhir pas sesuai jadwal
2. Jadikan IT sebagai sarana yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran
3. Jadikan siswa sebagai subjek didik, biarkan mereka bereksplorasi tentang materi pelajaran
4. Jadikan kebersihan setiap ruang dengan penggunaan selop khusus dengan melepas sepatu mereka dan menempatkan di tempat yang sudah di sediakan.

Review Perjalanan Panjang Menuju Kyoto


Review Perjalanan Menuju Kyoto Oversase Training
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dari jam 10.45 sampai bandara Adi Sucipto Yogyakarta, menunggu pesawat ke Cengkareng yang terbang tepat pukul 13.00 WIB. Sampai di Bandara Internasional Soekarno Hatta di Cengkareng kami tiba pukul 13.55. Kami istirahat sebentar sambil menikmati makan siang bersama tim dan musik cafe. Perjalanan dilanjutkan ke terminal 2, untuk selanjutnya terbang ke Singapura dengan Pesawat Singapura Airlines pada pukul 20.29 WIB.
Ternyata pemeriksaan untuk ke Singapura cukup ketat, setelah melalui pemeriksaan metal detector, pemeriksaan paspor di kantor imigrasi, masih juga dilanjutkan dengan pemeriksaan isi tas. Beberapa teman termasuk saja kena rasia, gara-gara membawa sabun cair lebih dari 100 ml. Sebelumnya sudah terkena rasia karena membawa gunting dan kunci motor, ya apa boleh buat, kita relakan saja apa yang mereka sita.
Kami tiba di Bandara Cangi Singapura pukul 23.00 waktu singapura. Memasuki bandara Cangi di Singapura terasa berbeda sekali dimana semua bangunan begitu bersih dan hampir semua lantainya memakai karpet sehingga terasa bersih sekali.
Perjalanan di sepanjang Bandara Singapura terasa cepat dan tidak terlalu melelahkan karena disepanjang jalan dibandara di sediakan eskalator sehingga bagi yang kecapaian tinggal naik saja eskalator. Karena perjalanan dibandara dari tempat turun ke pesawat yang akan ke Jepang cukup jauh. Masih ada kesempatan sekitar 1,5 jam karena jam Singapora lebih cepat satu jam dari pada di Indonesia, karena jam 00.00 harus sudah masuk ruang tunggu melalui beberapa pemeriksaan. Ternyata di Singapora jauh lebih ketat, disamping yang sudah disampaikan di atas, masih ada juga pemerikasaan laptop/netbook. Jadi buat teman-teman harus menggunakana original operating system. Kalau tidak punya original operating system terutama windows tuh, mendingan dirombak dan diganti opensource semacam Linux Ubuntu, biar aman dan terkendali.
Perjalanan dari Changi Airport Singapura menuju Osaka di Jepang memakan waktu 6 jam lebih 10 menit. Kami tiba di Osaka Airport tepat pukul 08.50 waktu Jepang. Kesan pertama masuk Jepang adalah kedisiplinan yang begitu kuat. Kahati-hatian yang berlebihan sehingga tidak disembarang kita boleh mengambil foto. Terutama di dalam ruang pemeriksaan bandara sama sekali tidak diperbolehkan mengambil gambar, video bahkan mengaktifkan HP. Bandara terkesan sepi karena staf bandarapun tidak banyak bicara. Mereka lebih banyak bekerja daripada berbicara yang tidak perlu.