Review For Oversase Training Hari Kedua
Hari kedua kami berada di Kyoto jadwalnya adalah kunjungan di Kantor Pemerintah Perfecture Tokyo.
Di Kantor gubernur diterima oleh ketua divisi hubungan luar negeri dan kepala divisi pendidikan sekolah. Kesan pertama yang kami rasakan saat memasuki kantor gubernur Kyoto adalah bahwa di sini nampak sekali kedisiplinan dan kesederhanaan. Datang dan pergi harus tepat waktu, datang lebih awal tidak baik terlambat apalagi. Pokoknya sesuai aturan dan jadwal yang ada.
Kesan kedua, bahwa ditempat parkiran ini bukan mobil yang bertuumpuk-tumpuk, tetapi justeru sepeda yang nampak berjajar-jajar di parkiran. Hanya ada beberapa mobil dan beberapa motor saja. Nampak sekali kekontrasan saat kita berada di tanah air sangat sulit menemukan sepeda di parkiran kantor gubernur. Yang ada hanyalah motor tamu dan mobil pemilik kantor. Di Jepang tampaknya masyarakatnya termasuk pejabat lebih suka menggunakan sepeda saat pergi ke kantor. Sehingga polusi udara benar-benar gak terasa saat kami berjalan di Kyoto.
Bangunan yang indah tapi nampak megah, sudah berusia lebih dari 350 tahun tersebut masih nampak kokoh, dan belum terlihat pemugaran di sana-sini. Dengan Beberapa pohon Sakura yang menjulang di halaman depan dan kantor nampaknya membuat kantor gubernur ini nampak lebih rindang. Lebih-lebih bunga nampak menghiasi sepanjang halaman kantor ini, menambah semerbak mewangi dan sedap dalam pandangan mata.
Kami diterima dalam upacara seremonial di lantai 3 gedung gubernur Kyoto. Setelah menapaki tangga satu persatu akhirnya kami sampai di ruang pertemuan. Meski sedikit capek karena tidak nampak lift, tapi malah sehat berkeringat. O iya, kalau kita tinjau dari sisi teknologi, hampir semua pintu di kantor ini sudah menggunakan sensor sehingga kita tak perlu repot-repot membuka dan menutup pintu. Satu terobosan yang luar biasa, karena di Yogyakarta tempat kami tinggal belum begitu banyak kantor-kantor yang menggunakan pintu otomatis. Setahuku baru BCA yang menggunakan pintu otomatis, yang lain belum aku lihat.
Setelah ramah tamah dan saling memperkenalkan diri, Pemerintah Kyoto menguraikan program pendidikan yang ada di Kyoto, bahwa sekolah di Kyoto wajibnya 9 tahun, yaitu 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di SMP. Dan semua biaya penyelenggaraan pendidikan di sekolah negeri tidak dipungut biaya alias gratis. Namun di swasta nampaknya cukup mahal kalau kita lihat karena biaya pendidikan pertahun sekitar 1000.000 Yen atau setara 100 juta rupiah. Untuk sekolah negeri yang menyelenggarakan makan siang setiap hari, biaya dibebankan kepada wali murid tetap biaya memasaknya oleh sekolah tidak menarik biaya apapun.
Miyako Ecology Centre
Museum ekologi yang didirikan pada tahun 199 concern terhadap masalah lingkungan hidup. Pemerintah daerah mewajibkan sekolah agar murid-muridnya mengunjungi museum setahun sekali. Program museum ini adalah menanamkan dan menumbuhkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan hidup. Cara yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran secara realistik, sehingga anak-anak dapat berpikir dengan cara mereka,sehingga timbul kesadaran dari dalam diri akan pentingnya memelihara lingkungan hidup. Pengelola museum juga membuat buku-buku yang berhubungan dengan lingkungan hidup untuk dikonsumsi anak-anak sekolah. Dan juga menciptakan alat-alat yang menggunakansumber energy dari lingkungan sekitar, contohnya tenaga surya.
Mengunjungi planetarium, untuk melihat dasar penentuan rasi bintang dan ilmu astronomi yang ditemukan ahli astronomi.
Kesan : salut akan teknik mengajarkan kesadaran lingkungan pada anak tanpa berusaha menggurui, sehingga kesadaran tertanam dengan benar. Banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa di dapat, ide-ide untuk memanfaatkan alam sebagai sumber energi perlu ditiru.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment