I. PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Pengaruh dari Teknologi informasi dan komunikasi terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dengan berkembangnya penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi ada lima pergeseran di dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Pergeseran dari pelatihan ke penampilan,
2. Pergeseran dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. Pergeseran dari kertas ke “on line”,
4. Pergeseran dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. Pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata.
Sebagai media pendidikan komunikasi dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet dan e-mail. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Oversase Training yang dilaksanakan tanggal 27 Juni 2011 sampai dengan 6 Juli 2011 atas kerja sama antara Dikpora DIY, JICA dan Kementrian Kominfo di Kyoto Jepang bukan tanpa alasan. Jepang merupakan negara maju diberbagai bidang kehidupan seperti: politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan lain sebagainya. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki Jepang tentu saja mempengaruhi sarana dan prsarana serta kualitas pendidikan yang ada di negara tersebut. Bagi Negara Jepang pendidikan merupakan alat yang berperan sangat penting guna meningkatkan Sumber Daya Manusia. Dimana kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan karena mampu menentukan kualitas Sumber Daya Manusia pada suatu negara itu sendiri. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan watak setiap individu di tengah peradaban bangsa. Jepang dianggap unggul dalam memajukan pendidikan yang ada di negaranya diamana Jepang terpilih sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia dan tercatat sejak tahun 1970 negara Matahari Terbit ini mampu mengemban setiap tujuan-tujuan pendidikan yang telah dicanangkannya hanya dalam kurun waktu 25 tahun.
Pemilihan Kyoto sebagai kota tujuan Oversase Training karena dinilai Kyoto memiliki banyak kemiripan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Kalau dilihat dari letak geografisnya, Kyoto terletak di pulau Honshu. Kyoto merupakan kota budaya, karena di kota ini terdapat banyak sekali situs bersejarah dan peninggalan budaya terutama kuil-kuil yang masih terjaga, sehingga Kyoto dijuluki sebagai kota seribu kuil. Kyoto juga pernah menjadi ibu kota negara Jepang seperti halnya DIY pernah menjadi ibukota Negara Indonesia. Beberapa kemiripan itulah yang membuat Kyoto disebut kota kembarannya DIY.
Peserta Oversase Training yang terdiri dari 6 guru SD dan 5 guru SMP dari kabupaten dan kota di provinsi DIY serta didampingi langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga DIY dan beberapa Kasi serta Rombongan dari Kementrian Kominfo dan Konsultan dari Jakarta sehingga jumlah totalnya ada 26 orang. Harapan terbesar dilaksanakannya Oversase Training adalah untuk mengimplementasikan ICT dalam dunia pendidikan khususnya di DIY dan Indonesia pada umumnya sehingga peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dapat segera terwujud.
II. KAJIAN HASIL PELATIHAN
A. TOPIK PELATIHAN
1. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
Pembelajaran harus menyenangkan dan merangsang imajinasi serta kreativitas siswa agar tujuan dari pembelajaran dapat optimal. Penggunaan multi metoda dan multi media sangat membantu untuk meningkatkan hasil belajar. Perkawinan teknologi informasi dengan teknologi audio visual mengahasilkan fitur-fitur baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Pembelajaran berbasis multi media (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara dan video) dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton, dan memudahkan penyampaian. Siswa dapat mempelajari materi pelajaran tertentu secara mandiri dengan komputer yang dilengkapi program multi media.
Berdasarkan hasil pengamatan di Kyoto, pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran antara lain :
a. Mencari sumber informasi bagi guru melalui internet dan intranet
b. Alat bantu pembelajaran bagi guru, sehingga proses pembelajaran lebih menarik
c. Aktivitas belajar bagi siswa melalui jaringan (LAN)
d. Mengakses website sekolah maupun website pemerintah
e. Menampilkan bahan-bahan / materi pelajaran yang dapat diakses oleh guru dan siswa melalui jaringan internet dan intranet.
Hampir seluruh ruang kelas di sekolah yang ada di Kyoto telah dilengkapi fasilitas ICT. Fasilitas itu seperti; computer, TV besar, LCD proyektor dan Electronic board. Hampir 100% guru di Jepang telah menggunakan peralatan TIK dalam pembelajaran. Siswa-siswa di Jepang juga mampu menggunakan peralatan TIK dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti melakukan presentasi. Kesadaran guru untuk menggunakan ICT dalam pembelajaran sangat tinggi sehingga pembelajaran yang terjadi menjadi sangat menarik bagi siswa.
2. Pengetahuan tentang e-Learning untuk pendidikan
Pelaksanaan e-Learning dalam pembelajaran di Kyoto menggunakan sistem blanded learning. Dalam pembelajaran guru mencampur antara convensional learning dengan elektronic learning. Peran guru tetap sebagai fasilitator, sumber belajar, pengelola pembelajaran, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator. Jadi perangkat ICT berfungsi sebagai alat bantu dalam mempermudah dan memaksimalkan penyampaian materi pelajaran.
E-learning merupakan bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya. Melalui e-learning belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Belajar mandiri berbasis kreativitas siswa yang dilakukan melalui e-learning mendorong siswa untuk melakukan analisa dan sintesa pengetahuan, menggali, mengolah dan memanfaatkan informasi, menghasilkan tulisan, informasi dan pengetahuan sendiri. Siswa dirangsang untuk melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan.
e-Learning dilakukan melalui jaringan internet, sehingga sumber belajar bukan hanya guru tetapi siapa saja yang di berbagai belahan bumi. Fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk belajar melalui e-Learning diantaranya : e-book, e-library, interaksi dengan pakar, emaill, mailling list, News group, Worl Wide Web (www.) dan lain-lain. Penyelenggaraan e-Learning dapat dilakukan oleh berbagai pihak. Sekolah diharapkan mampu untuk menyelenggarakan e-Learning sendiri. Secara sederhana e-Learning dapat dilaksanakan oleh guru dengan membuat situs sendiri atau situs sekolah yang dilink dengan situs-situs yang berkaitan dengan pelajarannya. Situs guru/sekolah dapat diisi dengan materi pelajaran yang dapat divisualisasikan, tugas-tugas dan evaluasi.
Di Kyoto bahan-bahan yang diupload di internet maupun intranet disediakan oleh pemerintah dengan kerjasamasama dengan perusahaan pembuat bahan ajar sehingga guru dan siswa di Kyoto tinggal mengakses saja secara gratis.
3. Sistem dan kebijakan sekolah SD/SMP di Kyoto Jepang
Di Kyoto wajib sekolah berlaku bagi anak usia 6 sampai 15 tahun. Tiap anak bersekolah di SD pada usia 6 tahun hingga 12 tahun, lalu SMP hingga usia 15 tahun. Di Kyoto tidak mengenal system tinggal kelas sehingga semua siswa pasti akan naik kelas. Jika ada beberapa siswa yang nilainya belum mencapai ketentuan minimal, maka guru wajib membimbing mereka sampai tuntas. Pendidikan wajib yang diselenggarakan pemerintah bersifat gratis bagi semua anak, khususnya biaya sekolah dan buku. Untuk alat-alat pelajaran, kegiatan di luar sekolah, piknik dan makan siang di sekolah perlu membayar sendiri. namun bagi anak-anak dari keluarga yang tidak mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat dan daerah. Di samping itu ada juga bantuan untuk kebutuhan belajar, perawatan kesehatan, dan lain-lain. Seorang anak yang telah tamat SD diwajibkan meneruskan pendidikannya ke jenjang SMP. Dengan demikian, sekolah wajib ditempuh selama 9 tahun; 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP. Sedangkan untuk sekolah swasta maka semua biaya pendidikan ditanggung oleh orang tua siswa yang kisarannya ¥ 1.000.000/tahun atau setara dengan Rp 100.000.000/tahun per siswa.
Di Kyoto kebijakan pemerintah tidak diperbolehkan memilih-milih sekolah. Setiap anak wajib memilih sekolah yang ada di daerahnya sendiri bukan kualitas masing-masing sekolah. Siswa tidak bebas memilih sekolah yang disukai tetapi sudah ditentukan oleh pemerintah harus sekolah di sekolah yang paling dekat dengan rumah.
Jenjang pendidikan SD dan SMP memiliki kurikulum yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Jepang, namun sekolah-sekolah dan guru-guru diberikan kebebasan dalam mengembangkan materi tersebut. Mata pelajaran untuk SD kelas I dan II terdiri dari membaca buku, bahasa Jepang, matematika, musik, dan keterampilan. Sedangkan untuk kelas III ke atas ditambah pelajaran IPA (Sains) dan ilmu sosial. Dulu hampir semua siswa di Jepang belajar bahasa Inggris sejak tahun pertama SMP, dan kebanyakan mempelajarinya paling tidak selama 6 tahun. Tetapi sudah 3 tahun ini pelajaran bahasa Inggris diajarkan di SD dan mereka juga mendatangkan native speaker dari Amerika. Mata pelajaran wajib di SMP adalah bahasa Jepang, ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, seni rupa, pendidikan jasmani, dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu sehingga jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda
4. Budaya, sikap/kebiasaan dan gaya hidup orang Jepang
a. Sedikit Bicara Banyak Bekerja
Itulah budaya jepang yang sudah sangat terasa ketika kami mulai memasuki Kansai Airport. Petugas bandara tidak banyak bicara, mereka lebih cenderung banyak bekerja daripada ngobrol sana sini sehingga di bandara Kansai cenderung lengang dan sepi. Tidak ada lagi hiruk pikuk seperti pasar.
b. Disiplin waktu
Penanaman budaya disiplin sangat terasa di Jepang. Waktu begitu berharga sehingga disiplin waktu merupakan hal yang utama. Disiplin waktu berarti tepat waktu sesuai jadwal tidak lebih dan tidak kurang. Seperti contoh ketika kami mengunjungi satu sekolah di Kyoto, kami datangnya terlalu cepat setengah jam maka resikonya kami harus menunggu di bus atau jalan-jalan dulu cari udara segar. Waktu sangat berarti di Jepang, bahkan pihak sekolah selalu mempersilahkan kami ke toilet dulu sebelum acara dimulai sehingga saat acara berlangsung tidak ada yang keluar ruangan, karena biasanya ruangan akan dikunci.
c. Budaya membaca
Budaya membaca sudah ditanamkan sejak usia anak-anak. Buku sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat Jepang. Mereka terbiasa mengisi waktu luang dengan membaca buku, seperti; di dalam kereta, saat makan siang meskipun yang dibaca adalah majalah, surat kabar atau komik.
d. Budaya antri
Budaya antri sudah mendarah daging bagi masyarakat jepang sehingga dalam kondisi apapun mereka akan tetap antri dengan rapi dan sopan. Tidak diperkenankan saling berebut dan mendahului meskipun itu dalam hal makan, belanja maupun berkendaraan di jalan.
e. Budaya Jujur
Meskipun masyarakat Jepang hanya 5-7% saja yang beragama tetapi mereka sangat memegang kejujuran. Mereka percaya akan adanya reinkarnasi, sehingga jika mereka berbuat buruk maka kalau mereka mati mereka akan reinkarnasi menjadi binatang. Mereka sangat menjunjung kejujuran. Apabila barang kita tertinggal di tempat umum seperti kereta, kita tidak perlu khawatir karena barang kita tidak akan hilang. Bahkan di took-toko banyak sekali barang-barang yang dipajang begitu saja tanpa takut diambil orang karena tidak dijaga.
f. Sangat Berhati-hati
Masyarakat Jepang sangat hati-hati terhadap segala hal. Maka jangan heran jika setiap lampu merah, setiap perempatan jalan dan setiap lorong took banyak terlihat kamera sehingga setiap kejahatan yang terjadi akan terekan oleh CCTV yang mereka pasang. Mereka juga sangat hati-hati dalam hal berbicara, mereka takut salah karena memang selalu ingin tampil perfect,
g. Sangat Menghargai Privasi
Masyarakat Jepang sangat menghargai privasi orang lain. Kita tidak diperkenankan sembarangan mengambil foto orang lain tanpa seijin mereka. Kita juga tidak boleh sembarangan mengupload foto mereka ke internet, kecuali atas izin mereka. Sedangkan untuk foto anak-anak yang diupload di internet harus yang tidak terlihat wajahnya.
h. Sangat Efektif dan Efisien
Masyarakat Jepang sangat efektif dan efisien. Mereka tidak suka bermewah-mewah. Kalau pergi dekat mereka akan lebih suka jalan kaki atau naik sepeda, sehingga polusi dapat diminimalisir. Bahkan yang sangat dikagumkan adalah kondisi parker di depan kantor gubernur Kyoto, bukanlah mobil atau sepeda motor yang berserakan tetapi banyak sekali hanya sepeda. Itu menandakan bahwa pejabatpun lebih suka jalan kaki atau naik sepeda jika ke kantor dari pada menggunkan mobil atau sepeda motor.
i. Pekerja keras
Masyarakat Jepang pada umumnya pekerja keras. Semua pekerjaan dilakukan dengan hati dan penuh kesungguhan. Jam kerja mereka rata-rata dalam satu hari sekitar 9-12 jam.
j. Pecinta Teknologi Otomasi
Masyarakat Jepang sangat mencintai teknologi otomasi. Banyak sekali peralatan yang sudah menggunakan teknologi otomasi, mulai dari kran air wastafel, toiled putra, pintu dan sebagainya. Semuanya sudah dipasang sensor, sehingga sangat mempermudah orang.
k. Budaya Cinta Bahasa Nasional
Masyarakat Jepang sangat mencintai bahasa Nasional yaitu bahasa Jepang sehingga jarang sekali ditemui orang Jepang yang fasih berbahasa Inggris. Baru 3 tahun terakhir Jepang membuka diri untuk mempelajari bahasa Inggris. Banyak tempat di Jepang selalu menggunakan bahasa Jepang dengan huruf kanji.
B. KEGIATAN PELATIHAN
1. Hashimoto Elementary School
Sekolah dasar ‘Hashimoto Elementary Scholl” di terletak di Yawata City, Kyoto. Kondisi sekolah sangat bersih dan rapi karena setiap orang yang masuk kompleks harus melepas sepatu dan mengganti dengan selop yang disediakan pihak sekolah. Hal ini dilakukan untuk menjaga ruang kelas tetap bersih, karena selop hanya digunakan di dalam ruang saja.
Salah satu hal yang menarik di Hashimoto Elementary Scholl adalah kebijakan dari pemerintah Kyoto bahwa tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Jika siswa nilainya tidak mencapai standar maka guru harus membimbing siswa tersebut sampai siswa tersebut dapat mencapai nilai yang distandarkan sekolah.
Kebijakan lain yang diterapkan pemerintah Kyoto bahwa penerimaan siswa baru tidak didasarkan atas prestasi/nilai tapi berdasarkan kewilayahan. Siswa yang diterima diutamakan yang dekat dengan sekolah atau berada diwilayah sekolah tersebut. Hal ini tidak akan menimbulkan persaingan yang ketat dalam penerimaan siswa baru. Di Hashimoto Elementary Scholl siswa tidak khawatir kelaparan meskipun pulang sekolah jam 16.00 karena tepat jam 12.00 siang ada makan siang bersama. Makan siang ini biayanya ditanggung wali murid. Sedangkan biaya pendidikan keseluruhan ditanggung negara tetapi hanya untuk sekolah negeri. Sekolah swasta rata-rata pertahun membayar sekitar 1.000.000 yen atau setara dengan 100.000.000 rupiah. Lumayan besar untuk masyarakat Indonesia.
Pembelajaran yang ada dikelas terlihat sangat interaktif meskipun diajar oleh guru kelas. Penggunaan TIK dapat dilihat pada saat kami mengunjungi pembelajaran yang dilakukan di laboratorium komputer. Mereka menggunakan LAN untuk interaksi antar siswa dan guru. Ini bagi anak merupakan hal yang sangat menarik karena mereka dapat membangun opini masing-masing. Dan di sini nampak sekali disiplin diterapkan. Bahkan dalam pengerjaan tugas, guru memasang timer sehingga waktu benar-benar tepat.
Satu lagi hampir kelupaan, Ternyata pembiasaan yang dilakukan di Hashimoto Elementary Scholl sangat bagus. Disamping anak-anak pulang pergi jalan kaki, makan siang setiap hari, mereka juga dibiasakan selalu sikat gigi setelah makan siang. Selalu berdoa sebelum makan meskipun sekedar mengucapkan “itadakimase” (Thanks Food), ucapan terima kasih pada makanan. Selesai makan tempat makan harus dikembalikan secara terpisah. Untuk siswa Hashimoto Elementary Scholl terlihat mereka tidak menggunakan seragam sekolah seperti kebanyakan sekolah di SMP dan SMA di Jepang
Kalau di lihat dari sisi teknologi, kebanyakaan sekolah di Jepang menggunakan kran otomatis sehingga tidak terjadi pemborosan air. Bahkan air kranpun dari sisi kesehatan steril sehingga siap untuk diminum kapan saja.
Ada hal lagi yang menarik dari sisi kesehatan dan kehidupan sosial di Hashimoto Elementary Scholl, dimana siswa pulang pergi ke sekolah dengan jalan kaki, meskipun jarak rumah mereka sekitar 1-2 km. Mereka harus pulang berkelompok dan bersama-sama sehingga tinjauan dari sisi kehidupan sosial sangat banyak. Tidak ada satupun siswa yang menggunakan sepeda apalagi antar jemput dengan mobil. Jika ternyata sampai rumah orang tua mereka belum sampai rumah mereka dapat mengunjungi Kid Garden (tempat makan dan bermain anak).
2. Kyoto Perfecture Government Office
Kyoto Perfecture Government Office adalah Kantor Pemerintah Perfecture Tokyo. Suasana Kyoto Perfecture Government Office nampak sekali kedisiplinan dan kesederhanaan diterapkan. Datang dan pergi harus tepat waktu, datang lebih awal tidak baik terlambat apalagi. Pokoknya sesuai aturan dan jadwal yang ada.
Di halaman Kyoto Perfecture Government Office parkiran bukanlah mobil deretan mobil mewah, tetapi justeru sepeda yang nampak berjajar-jajar. Hanya ada beberapa mobil dan beberapa motor saja. Nampak sekali kekontrasan saat kita berada di tanah air sangat sulit menemukan sepeda di parkiran kantor gubernur. Yang ada hanyalah motor tamu dan mobil pemilik kantor. Di Jepang tampaknya masyarakatnya termasuk pejabat lebih suka menggunakan sepeda saat pergi ke kantor. Sehingga polusi udara benar-benar tidak terasa di Kyoto.
Bangunan Kyoto Perfecture Government Office yang indah tapi nampak megah, sudah berusia lebih dari 350 tahun tersebut masih nampak kokoh, dan belum terlihat pemugaran di sana-sini. Dengan Beberapa pohon Sakura yang menjulang di halaman depan dan kantor nampaknya membuat kantor gubernur ini nampak lebih rindang. Lebih-lebih bunga nampak menghiasi sepanjang halaman kantor ini, menambah semerbak mewangi dan sedap dalam pandangan mata.
Tinjauan dari sisi teknologi, hampir semua pintu di kantor ini sudah menggunakan sensor sehingga kita tak perlu repot-repot membuka dan menutup pintu. Satu terobosan yang luar biasa, karena di Yogyakarta belum banyak kantor-kantor yang menggunakan pintu otomatis.
Pendidikan yang ada di Kyoto wajibnya adalah 9 tahun, yaitu 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di SMP. Semua biaya penyelenggaraan pendidikan di sekolah negeri tidak dipungut biaya alias gratis. Tetapi untuk sekolah swasta biaya pendidikan pertahun sekitar 1000.000 Yen atau setara 100 juta rupiah. Sekolah negeri yang menyelenggarakan makan siang setiap hari, biaya dibebankan kepada wali murid tetap biaya memasaknya oleh sekolah tidak menarik biaya apapun.
3. Miyako Ecology Centre
Museum ekologi yang didirikan pada tahun 199 concern terhadap masalah lingkungan hidup. Pemerintah daerah mewajibkan sekolah agar murid-muridnya mengunjungi museum setahun sekali. Program museum ini adalah menanamkan dan menumbuhkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan hidup. Cara yang dilakukan adalah melakukan pembelajaran secara realistik, sehingga anak-anak dapat berpikir dengan cara mereka,sehingga timbul kesadaran dari dalam diri akan pentingnya memelihara lingkungan hidup. Pengelola museum juga membuat buku-buku yang berhubungan dengan lingkungan hidup untuk dikonsumsi anak-anak sekolah. Dan juga menciptakan alat-alat yang menggunakan sumber energy dari lingkungan sekitar, contohnya tenaga surya.
Pengelola museum membuat buku-buku mengenai lingkungan hidup yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak sekolah. Mereka juga menciptakan alat-alat yang memanfaatkan sumber energi alternatif, contohnya penyerapan energi matahari pada panel yang dihubungkan dengan kabel dan alat ternyata dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan robot mainan.
Pemerintah daerah mewajibkan sekolah-sekolah agar murid-muridnya mengunjungi museum ekologi ini setahun sekali. Museum ekologi merupakan museum yang peduli terhadap masalah lingkungan hidup. Museum ini memiliki tujuan untuk menanamkan kepedulian dan menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan hidup. Pengunjung diajak untuk melihat fakta-fakta yang terjadi yang selama ini dilakukan, serta akibat-akibat yang muncul. Dengan demikian diharapkan akan timbul kesadaran pribadi akan pentingnya memelihara lingkungan hidup. Sebagai contoh; cara mencuci tangan yang kurang benar yang selama ini kita lakukan ternyata tanpa kita sadari telah membuang banyak air.
4. ITEC (Information Technology Education Centre)
ITEC adalah suatu tempat yang digunakan sebagai pusat pelatihan guru di Kyoto, fasilitas gedung ini sangat lengkap, terutama peralatan elektroniknya. Mendengarkan penjelasan tentang program kerja ITEC dan fasilitas yang ada di ITEC. Terdapat suatu ruang untuk menyimpan materi/ bahan ajar pembelajaran baik elektronik maupun buku. ITEC juga menyediakan layanan konsultasi bagi guru yang mempunyai permasalahan selama proses pembelajaran, dengan konsultannya adalah pensiunan kepala sekolah.
Jaringan yang menghubungkan semua komputer di perfecture Kyoto. MIRAE NET memfasilitasi sekolah-sekolah di perfecture Kyoto untuk mengembangkan jaringan web masing-masing sekolah.
Pendidikan Informasi (Johoka) yang diselenggarakan di Kyoto di masyarakat adalah :
1. Bagaimana penggunaan informasi bagi anak-anak.
2. Penggunaan ICT di ruang kelas bagi guru-guru
3. Informasi Sekolah bagi guru-guru.
Panduan Standar isi pendidikan informasi di Jepang 236 halaman. Panduan tersebut dibuat berdasarkan pemikiran masyarakat. Dengan menggukan teknologi information diharapkan dapat diimplementasikan di masyarakat yaiu :
1. Penggunaan TI bagi anak-anak
2. TI untuk guru-guru dalam penyampaian materi pembelajaran
3. Penggunaan TI buntuk urusan-urusan sekolah
Buku panduan tersebut dibuat berdasarkan panduan dan strategi pembelajaran di Jepang. Kementrian pendidikan membuat cecklis penggunaan TI setiap tahunnya untuk mengevaluasi penggunaan TI oleh masyarakat di Jepang. Dengan Checlist tersebut dapat diketahui sejauhmana penggunaan ICT bagi guru-guru. Setiap tahunnya dilakukan survey untuk mengetahui kebutuhan sekolah untuk pendidikan.
Penggunaan ICT di sekolah
Penggunaan ICT di Kyoto pada 13 tahun yang lalu 1 komputer digunakan untuk 13 orang kemudian tahun berikutnya jumlah komputer diperbanyak 2 kali lipatnya. Sedangkan untuk penggunaan komputer bagi guru 3 tahun yang lalu masih 33,4 persen dan tahun ini sudah dapat disediakan 1 komputer 1 guru (100%). Tetapi koneksi internet kecepatannya di Perfecture Kyoto paling cepat di Jepang dan setiap sekolah sudah mempunyai koneksi internet.
Di perefectur Kyoto ada kursus penggunaan ICT termasuk pembuatan Homepage, tetapi sedikit sekali sehingga peserta pelatihan juga sedikit sekali. Terutama guru-guru Lansia biasanya tidak mau ikut kursus tersebut. Kemampuan mereka banyak dibantu oleh guru-guru muda. Tetapi meskipun demikian Perfectur Kyoto tetap berkomitmen untuk memajukan penggunaan ICT.
Kursus yang dilaksanakan di ITEC adalah 1 guru 1 sekolah sehingga guru tersebut dapat menyebarkan pada guru-guru yang lain. Permasalahan ini sama dengan pemerintah di Yogyakarta. Tidak termasuk guru-guru swasta (artinya hanya guru yang mengajar di sekolah pemerintah yang ditunjuk untuk mengikuti pelatihan tersebut. Sedangkan sekolah swasta yang ingin mengikuti pelatihan di ITEC sebetulnya gratis sedangkan biaya transportasi harus ditanggung sendiri. Semua biaya pelatihan gratis sedangkan transportasi dibiayai oleh Perfekture Kyoto. Termasuk pelatihan guru selama 1 tahun di ITEC juga dibiayai oleh pemerintah Jepang.
Jumlah seluruh sekolah dasar swasta di Jepang hanya 200 dari 22.000 jumlah sekolah dasar di Jepang. Sedangkan sekolah swasta SMP ada 700 dari ada 10.700 jumlah SMP di Jepang. Sekolah swasta ada tunjangan dari pemerintah Jepang sedangkan biaya untuk yang ditanggung orang tua ditanggung sendiri. Tidak ada sponsor, hanya subsidi dari pemerintah Jepang. Biaya pendidikan di sekolah swasta rata-rata di Jepang adalah 1 juta yen pertahun atau setara dengan 100 juta rupiah pertahun.
Contoh penggunaan ICT dalam pembelajaran di sekolah : adalah penggunaan kamera kecil dalam, sambil membaca cerita guru dapat menunjukkan gambarnya di layar. Penggunaan kamera oleh murid berpasangan untuk membaca buku dan saling memberikan tanggapan. Di Kyoto setidak-tidaknya ada 1 papan tulis elektronik dalam satu sekolah, meskipun ada yang punya lebih.
Moral education melalui informasiyang harus diperhatikan harus menghindari :
1. chain email/surat berantai, tidak baik, karena kadang terdapat fitnah, sehingga anak yang tadinya baik bisa berubah menjadi tidak baik/merugikan orang lain.
2. Bermain game, tetapi anak-anak harus membuat profil. Ada juga orang dewasa yang berpura-pura menjadi anak-anak dalam game tersebut.
3. Pembajakan hak paten
4. Bohong/Fraud
5. Informasi yang tidak benar
6. Pembohongan information profil
7. virus komputer
8. Kerusakan fisik dan kesehatan psikologi
Di Jepang guru banyak yang muda, sehingga dalam membuat bahan pembelajaran lebih mudah. Di dalam DVD ada 75 usulan pembelajaran. DVD ini sudah dikirim 24 dan 29 SMP untuk dibagikan. Setiap sekolah bisa mengajar berdasarkan paket bimbingan tersebut. CD untuk referensi guru bukan untuk siswa.
Sampai sekarang untuk menetapkan prestasi cukup bagus buat murid-murid sehingga murid-murid disuruh latihan praktis, seperti perhitungan saja (drill soal). Isi latihan semuanya dimasukkan dalam DVD.
Jika pembelajaran yang disampaikan misalnya kelas 4 tapi tapi ga paham-paham maka level kelasnya diturunkan. Tapi video pembelajaran ini 1 guru 1 siswa. Sehingga semua siswa diharapkan dapat mempelajari semua tahap/level dalam pembelajaran tersebut. Untuk latihan siswa soal diprint dulu dan dibagikan ke siswa. Sedangkan hasil siswa mengerjakan. Soal sudah ada kuncinya sehingga siswa dapat menilai sendiri hasil pekerjaannya.
Aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di elementary scholl di Jepang mulai digalakkan sejak 3 tahun terakhir. Tujuan pertama melihat pembelajaran anak-anak di Jepang, lebih cepat untuk diajar bahasa Inggris karena lebih mudah beradaptasi dengan kebudayaan berbeda. Yang kedua dengan adanya perkembangan globallisasi maka perlu perkembangan sehingga mereka dapat menerima apa saja perkembangan yang terjadi di luar negeri. Tujuan yang ketiga adalah peningkatan kemampuan pendidikan/prestasi bahasa Inggris.
Yang kedua ada memotivasi dan memberikan tantangan agar menyenangkan anak-anak. Yang ketiga adalah pentingnya bahasa terutama adalah bahasa nasional. Yang keeempat adalah memperdalam bahasa Jepang, sehingga kalau murid-murid mengerti bahasa asing murid-murid mengetahui betapa pentingnya bahasa ibu (jepang). Tahun ini baru diajarkan di kelas 5 dan 6 selama 35 jam pertahun per kelas. Tahapnya SD, sentuhan serta kemampuan komunikasi, sedangkan SMP adalah kemampuan berkomunikasi dengan 4 jam perminggu sedangkan SMA juga pengembangan kemampuan berkomunikasi dengan latihan praktis. Siswa-siswa SMA disuruh menyampaikan opini dengan teman bicara. Siswa juga diberikan ekspresi dasar bahasa asing.Yang dilakukan oleh Dinas Bahasa Asing :
1. Melakukan pelatihan bahasa asing kepada guru-guru
2. Membuat DVD pembelajaran guru-guru bahasa Inggris di elementary school
Kedisiplinan di ITEC sangat diperhatikan, terutama waktu. Pelajaran tepat dimulai sesuai jadwal dan berhenti sesuai jadwal. Bahkan untuk ke toiled pun hanya diperbolehkan saat istirahat saja atau sebelum pelajaran dimulai sehingga peserta harus menjaga kondisi sendiri. Pintu ruang akan dikunci sehingga peserta tidak dapat keluar masuk ruangan seenaknya, harus sesuai jadwal.
Di ITEC semua staf baik-baik dan ramah, hanya mereka tidak banyak bicara, semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing bukan dengan obrolan yang tidak jelas. Di ITEC menjadi hal yang tabu jika ngobrol dan tertawa keras-keras karena akan mengganggu lingkungan sekitar. Di ITEC juga tidak diperkenankan mengambil foto, video atau berkeliaran kemana-mana. Kecuali kalau ada izin khusus.
5. Minami Tsutsujigaoka Elementary School
Kebersihan di Minami Tsutsujigaoka Elementary School sangat diperhatikan, selop khusus untuk guru, jadi masuk ruang sekolah sepatu di taruh di rak dan ganti dengan selop, sedangkan murid menggunakan sepatu khusus di dalam, dan sepatu dari rumah di taruh di rak. Selop untuk masuk ruang dilepas harus sudah menghadap keluar semua.
Sistem dan metode pembelajaran di Minami Tsutsujigaoka Elementary School sangat menarik dan interaktif. Pembelajaran bahasa inggis sangat interaktif, diajar dengan 2 guru 1 native speaker dari Amerika Serikat yang menggunakan bahasa inggris full dan 1 guru bahasa Inggris dari Jepang yang menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Inggris sehingga siswa lebih cepat paham.
Hampir semua kelas di Minami Tsutsujigaoka Elementary School sudah menggunakan Electric Board sehingga pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Pembelajaran bahasa inggris, biarpun tidak ada native speaker, tetap mereka dapat mendengarkan suara native speaker cukup menekan tombol touch, bisa untuk menulis juga. Bagian-bagian penting dalam buku juga dapat digaris, dibulati. Pelajaran anak kelas 1 dengan matematik, anak dapat menulis langsung di layar. Setelah menjadi biasa karena diajari guru sehingga anak-anak dapat menulis sendiri. Seumpanya ditutupi juga bisa. Anak-anak bisa membuat intuisi seperti kuis ti TV.
Guru yang berpengalaman lebih profesional. Guru muda lebih ahli dalam memakai ICT, sehingga jika digabung pelajaran akan lebih menyenangkan. Penggunaan Electric Board mempermudah mengerjakan segalanya, anak-anak juga lebih suka.
Di Jepang ada grup pembantu ICT, te ini belapi di Minami Tsutsujigaoka Elementary School belum ada pebantu ICT sehingga guru sendiri yang menyiapkan materi pelajaran. Guru harus memikirkan tentang bagaimana kelanjutannya. Di Jepang setelah menggunakan ICT prestasi anak meningkat. Guru 100% menggunakan ICT sebab di semua sekolah EP digunakan sebagai papan tulis, ada di tiap kelas sehingga tak perlu di pindah-pindah. Kalau ada guru yang tak mengerti, murid-muridnya yang akan mengajari cara menggunakan.
Di Laboratorium computer siswa kelas 2 sudah dapat menggunakan komputer, dapat buat animasi juga, dapat membuat siaran untuk sekolah. Kelas 1 sudah diajarkan tentang ICT. Ada 390 murid, perkelas ada 30 murid. Mereka bergilir untuk menggunakan komputer. Sekolah Minami Tsutsujigaoka Elementary School terhubung dengan sekolah yang lain dengan intranet. Ada 27 PS dan YHS sehingga mereka dapat melihat melalui televisi. Mungkin kalau bisa dapat berkomunikasi dengan Yogyakarta, tapi ada kendala bahasa. Tes yang didownload guru sekolah lain yang membuat, banyak bahan yang dapat diambil dengan intranet.
Salah satu peraturan menarik di Minami Tsutsujigaoka Elementary School adalah larangan menggunakan internet jika tidak ada guru yang menunggui, sehingga lebih mudah dipantau. Test tetap tulisan, tetapi untuk belajar dapat online. Sejak memakai ICT, ekspresi anak leibh meningkat. Penerapan ICT selain menggunakan Electric Board mereka menggunakan komputer. Murid dapat diskusi dalam grup kecil, lewat .
6. Oyamazaki Junior High School
Kebersihan setiap ruangan di Oyamazaki Junior High School sangat terjaga. Daerah ini adalah daerah yang cukup terkenal dari dulu, dan perkembangannya sangat maju. Daerah sini adalah daerah sangat sangat baik, hijau penduduknya ada 150 ribu. SD ada 2 dan SMP nya 1. Siswa yang elajar di SD dan SMP ada 1200 orang. Saya mengharap program ini akan berhasil
Siswa di Oyamazaki Junior High School ada 400 orang. Tiap-tiap level ada 4 kelas dan ada kelas spesial. Daerah ini adalah daerah perbatasan Kyoto dan Osaka sehingga gurunya banyak datag dari Kyoto dan Osaka. Banyak sekali sejarah tentang daerah sini. Penduduk sekitar sini sangat aktiv tentang pendididkan sehingga mereka berharap anaknya dapat sekolah di sini. Pertanyaannya adanya murid2nya sangat alim, jika mereka sangat aktif dalam bidang olahraga. Sekarang kita akan membicarakan tentang cara pendidikan anak-anak.
Sekolah sangat menyarankan untuk penggunaan ICT, informasi moral serta bagaimana menjalankan pemerintahan tentang informasi itu. Dan di jepang masyarakatnya harus mempunyai komputer. Komputer dalam keluarga ada koneksi internet. Kepandaian sangat tinggi. Tetapi mereka tak boleh bawa HP.
Salah satu fasilitas di Oyamazaki Junior High School adanya kolam renang yang digunakan untuk latihan renang anak-anak, dan ada tali untuk latihan menyelamatkan diri apabila tenggelam.
Sistem perpustakaan menggunakan sistem online sehingga semua sirkulasi perpustakaan menggunakan komputer dan barcode sehingga akan sangat memudahkan pelayanan pinjam meminjam. Perspustakaan di sekolah ini begitu rapi, bersih, dan canggih. Perpustakaan ini juga terhubung dengan toko buku secara online, sehingga dapat memudahkan apabila ada informasi buku baru
Sistem komputer di sekolah
Server ada di ruang guru. Setiap guru mempunyai laptop 1 dan dihubungkan dengan server. Printer ada 2 warna dan hitam. Untuk warna bisa untuk faxs dan scan. Tiap guru mempunyai bagian sendiri-sendiri. Ada yang khusus diskusi dengan murid. Hardisk dimasukan ke dalam komputer. Meskipun guru harus pindah ke sekolah lain, namun data-datanya masih ada di sekolah. Dapat juga untuk melihat prestasi murid-murid di sekolah. Tiap-tiap guru memiliki bagian-bagian sendiri.
Semua prestasi dikumpulkan di satu file dan disimpan selama 5 tahun. Website sekolah ada di Mirainet, sedang server ada di ruang guru karena berbeda line. Sedangkan laporan prestasi ke orang tua adalah print out. Permasalahan di sekolah ini tidak semua guru dapat menggunakan komputer
Media pembelajaran dibuat Benece Corporation (pembuat software terkenal di Jepang) dengan dibiayai Dewan Pendidikan. Sedangkan website sekolah dibuat guru. Bahan-bahan mata pelajaran ditentukan pemerintah. Buku-buku ditentukan Dewan Pendidikan dan diajarkan ke murid-murid. Dewan pendidikan adalah adalah yayasan atau yang mendirikan sekolah. Dalam pemerintah ada Menteri Pendidikan dan Dibawahnya adalah Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan diberi kebebasan untuk mengembangkan pendidikan. Dewan Pendidikan ada di daerah-daerah termasuk Kyoto.
Evaluasi/ raport dibagikan 4 bulan sekali. Di Jepang tidak ada ujian Nasional. Sistem pendidikan di Jepang siswa otomatis naik kelas, SMP 3 tahun tamat. Kalau sekolah negeri tidak ada istilah tidak naik kelas, karena wajib belajar hanya sampai SMP. Setelah SMP dibebaskan untuk memilih sekolah. Kalau tes lolos maka bisa memilih sekolah negeri yang lebih murah. Untuk standarisasi pendidikan negara memberikan kurikulum dan cara pengajaran kurikulim ditentukan oleh sekolah dan semua di Jepang sama. Sewaktu menerima anak, itu dicocokkan dengan suasana anak. Hampir semua sama tidak ada perbedaan.
Sekolah publik atau sekolah umum harus sesuai daerahnya dan tidak boleh memilih-milih sekolah. Anak tidak punya hak untuk memilih sekolah. Semua masyarakat meminta sekolah mengajar anaknya dengan baik. Ada juga spesial juga ada kelas tersendiri. Sabtu minggu guru tetap datang untuk olah raga.
Di Jepang ada ujian negara : Negeri / swasta boleh ikut, tidak wajib, karena harus bayar. Nanti yang juara akan di siarkan lewan koran nasional. Di jepang ada supervisior tapi bukan mengawasi tapi memberikan kebijakan.
7. Miki City Educational Center, Hyogo Prefecture
Miki City Education center terletak di Prefecture Hyogo, bersebelahan dengan Prefecture Kyoto. Dari petugas kami mendapatkan penjelasan tentang bagaimana sistem internet di Hyogo. Jaringan internet dari Prefecture ke Dinas Pendidikan, dilanjutkan ke sekolah-sekolah. Dari sekolah dapat mengirimkan data-data ke Dinas Pendidikan utamanya mengenai prestasi dan kesehatan anak
Tempat ini merupakan tempat pelatihan ICT bagi para guru dengan jenjang yang disesuaikan. Dengan demikian para guru diharapkan dapat mengaplikasikannya di sekolah masing-masing. Pemanfaatan web site diharapkan dapat menggambarkan perkembangan pendidikan di Jepang.
Pemerintah Jepang sangat memperhatikan pendidikan di Jepang yang terlihat dengan pembuatan server yang memuat seluruh proses serta materi pendidikan di Jepang. Sehingga para guru dapat dengan mudah mengakses materi pembelajaran. Orang tuapun dapat memantau perkembangan pendidikan anak-anaknya.
8. Midorigaoka Elementary School
Murid-murid di Midorigaoka Elementary School kreatif dan rajin. Pembiasaan yang ditanamkan pada anak seperti kebiasaan menyiram bunga dan tanaman yang mereka tanam sendiri tampaknya mampu menumbuhkan sikap bertanggung jawab yang besar.
Di Midorigaoka Elementary School pembelajran terlihat dinamis dengan murid-murid yang aktif dan penuh perhatian dan juga guru yang menarik dan kreatif didukung oleh peralatan ICT yang sangat memadai.
Sekolah umum di Jepang juga melayani anak yang berkebutuhan khusus dan diajar tersendiri. Guru mengadakan persiapan mengajar di sekolah setelah sekolah selesai sedikitnya selama 2 (dua) jam. Mata pelajaran di sekolah adalah : Bahasa Jepang, Matematika, Kehidupan sehari-hari/soaial, membaca buku. Mulai kelas III ditambah pelajaran Sains dan Ilmu Sosial. Untuk membentuk karakter siswa terutama dilakukan dengan cara guru sering memuji anak, membersihkan meja setelah makan, membersihkan kelas, gosok gigi, dan sebagainya.
III. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL UNTUK PROVINSI DIY
3.1 Dalam bidang pendidikan
1. Penggunaan ICT dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini sangat mungkin diterapkan di sekolah-sekolah di daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Pendidikan mengingat anggaran pendidikan sekarang sudah mencapai 20%. Hal yang dapat dilakukan adalah melengkapi fasilitas ICT di sekolah sesuai dengan anggaran yang ada dan bertahap, melatih guru-guru untuk mengoperasikan peralatan ICT, pemanfaatan ICT sebagai alat bantu pembelajaran, membuat konten pembelajaran, membuat alat evaluasi berbasis ICT, dan membuat website sekolah.
2. Pendidikan dasar dilaksanakan dengan konsisten dan gratis. Hal ini sudah dilakukan oleh pemerintah Provinsi DIY. Cuma permasalahannya di Indonesia biaya pendidikan berupa dana BOS yang dikucurkan kadang tidak cukup membiayai kebutuhan sekolah yang semakin besar ditambah aturan penggunaan dana bos yang sangat ketat.
3. Pendidikan budi pekerti dilaksanakan dengan konsisten. Hal ini dapat kita lihat pada pembiasaan yang dilakukan di sekolah antara lain : harus menghormati teman dan guru serta tamu, makan siang dan gosok gigi di sekolah, membersihkan kelas, membersihkan kamar mandi dan wc, memelihara tanaman di kebun sekolah, kemandirian dan keberanian anak dalam berpendapat dan berekspresi. Hal ini sudah mulai diterapkan di DIY dengan memasukkan karakter budaya bangsa pada kurikulum sekolah tinggal pelaksanaan di lapangan saja.
4. Kedisiplinan. Hal ini dapat dilihat baik dari perilaku siswa maupun guru. Mereka sangat menghargai waktu, selalu menjaga kebersihan. Penempatan sepatu, tas, atau payung yang dibuatkan tempat khusus dan benar-benar dilakukan sesuai peruntukannya.
5. Kebersihan. Sangat mungkin jika budaya bersih itu kita tiru, misalnya dengan kewajiban memakai sepatu sekolah dan menaruh sepatu dari rumah di rak yang disediakan sekolah sehingga lantai sekolah akan selalu bersih
3.2 Dalam bidang budaya, perilaku dan sikap.
Budaya dan perilaku bangsa Jepang yang dapat dicontoh dan diterapkan untuk sekolah-sekolah di Yogyakarta, misalnya :
1. Disiplin
2. Jujur
3. Ramah
4. Saling menghormati dan suka membantu.
5. Mencintai kebersihan.
6. Selalu bekerja keras dan ingin maju.
7. Selalu taat pada aturan bersama.
8. Mencintai budaya bangsa
IV. SARAN
4.1 Bagi Penyelenggara Pelatihan
1. Waktu pelatihan diperpanjang, sehingga semakin banyak sekolah dapat dikunjungi.
2. Ada baiknya apabila peserta pelatihan diberikan bekal atau pelatihan mengenai authoring tools dalam pembuatan materi ajar.
3. Diskusi atau pertemuan dengan guru-guru bahasa inggris diperbanyak, sehingga kami dapat berkomunikasi secara langsung.
4. Sekolah SMP yang dikunjungi ditambah jumlahnya.
4.2 Bagi Pemerintah Pusat
1. Memberikan bantuan berupa peralatan ICT di sekolah-sekolah. Belum semua sekolah memiliki peralatan ICT yang memadai dari segi jumlah dan kualitas.
2. Mengadakan pelatihan bagi guru-guru agar memiliki kemampuan dalam memanfaatkan peralatan ICT sebagai alat bantu pembelajarannya, membuat konten pelajaran, membuat alat evaluasi berbasis ICT, membuat website/web blog.
3. Meninjau ulang kurikulum sekolah, agar tidak terlalu padat sehingga banyak ilmu-ilmu yang tidak terserap
4. Peningkatan kesejahteraan guru sehingga guru diharapkan lebih professional
5. Mengadakan sebanyak mungkin pertukaran guru dengan Jepang atau Negara lain yang lebih maju.
6. Meninjau ulang pelaksanaan Ujian Nasional dengan penuh kejujuran sehingga kecurangan dapat diminimalisir.
No comments:
Post a Comment