I. Pendahuluan
Pengomposan merupakan salah satu cara pengelolaan sampah yang dapat mendatangkan keuntungan bagi manusia, selain lingkungan yang bersih dan sehat; hasil pengomposan mempunyai nilai ekonomis. Pengomposan sering digunakan karena teknologinya yang sederhana dan murah, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit
Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dalam temperatur thermophilic (suhu tinggi) dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikaikan ke tanah. Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahna yang biasa digunakan activator kompos seperti Green Phoskko Organic Decomposer dan Superfarm (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost).
II. Langkah Kerja Pengomposan
1. Pemilahan sampah
Sampah dipilah dan dipisahkan, yang digunakan untuk pengomposan hanya sampah organik saja, yaitu sampah yang dihasilkan dari sisa-sisa makanan dan daun-daunan. Dalam hal ini sampah yang dikomposkan hanya skala rumah tangga saja.
2. Pencacahan
Pencacahan atau pengecilan ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
3. Pembalikan
Setelah sampah dibiarkan dan terjadi proses pengomposan maka dilakukan pembalikan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menadi partikel kecil-kecil.
4. Penyiraman/penyemprotan EM-4
Apabila bahan kompos terlalu kering maka dilakukan penyiraman, namun apabila pada tumpukan sampah itu sudah keluar air atau lender maka tidak perlu dilakukan penyiraman.
Pada proses ini dilakukan penyemprotan EM-4 untuk mempercepat proses pengomposan.
5. Pematangan
Kompos ditutup dan dibiarkan supaya terjadi proses pengomposan. Kompos dapat terbentuk 30 – 40 hari, apabila digunakan activator kompos (Effective Microorganism) maka pelapukan akan teradi lebih cepat. Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
6. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru untuk diproses lagi, sedangkan bahan yang tidak dapat terkomposkan dibuang sebagai residu.
Penyaringan dalam pengomposa ini belum dilakukan karena kompos baru proses selama dua minggu jadi belum terbentuk kompos.
7. Pengemasan dan penyimpanan hasil
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Dalam pelaksanaan pengemasan dan penyimpanan belum dilakukan karena belum terbentuk hasil.
III. Sistem pembuangan
1. Sistem pembuangan sampah yang sudah ada
Sistem pembuangan yang sudah ada sampah setelah dikumpulkan diangkut oleh petugas kebersihan dan dibuang.
2. Sistem yang dibuat untuk pengolahan sampah
Sampah yang biasanya langsung diangkut oleh petugas ke pembuangan, dengan adanya pengolahan sampah dalam hal ini pengomposan setelah sampah dikumpulkan dilakukan pemilahan dan selanjutnya sesuai dengan tahap-tahap pengomposan.
No comments:
Post a Comment